BIDIKINFO.COM
BOGOR - Polemik soal mazhab terlebih dalam situasi kekinian dengan aneka macam perdebatan dan tuduhan sesat, ahlul bid'ah, syirik, dsb, lalu ditampilkan via media sosial (youtube, FB, IG, tiktok dsb) dengan wajah ustadnya yang kelam tanpa senyum, sedangkan yang lainnya merespon dan menimpali dengan amarah, siap perang, membully, mempersekusi dst, dan semuanya disaksikan oleh Gen Z (generasi muda kita) yang baru melek agama sehingga sebagian mereka menyimpulkan "kok begini amat ya, menyikapi perbedaan paham, membingungkan! Kalo kelompok ini menuduh sesat kelompok lain, dengan predikat sesat, ahlul bid'ah, neraka, terus yang dituduh juga menyebut hal yang sama kepada penuduhnya, berarti dua-duanya, ahli neraka, dong!" Kilahnya.
Akhirnya banyak dikalangan Gen Z yang lari, tak sedikit kemudian menganut paham agnotis (berTuhan tanpa agama, berbeda dengan Ateis; tak percaya Tuhan; anti agama). Pening kepala mengikuti perdebatan yang dipenuhi hujatan tsb.
Cerita ini sudah akrab di telinga kita termasuk di berbagai daerah, perkampungan, perkotaan, perumahan dst. Masjid jadi ajang perebutan pengurus. Begitu juga ormas, partai, komunitas atau kelembagaan Islam lainnya... Seolah ingin hidup sendiri tanpa melibatkan yang lain (ego sektoral; ananiyah akut). Padahal jelas kita mahluk sosial, bermasyarakat. Seperti ucapan Ibnu Khaldun, dalam Muqoddimahnya,
إن الإنسان اجتماعي بطبعه"
"Bahwa karakter manusia adalah mahluk sosial."
"zoon politikon" kata Aristoteles.
Dengan segala ta'dzim dan rasa hormat yang tinggi kepada ponggawa (Alim Ulama) dan penganut Madzahibul Arba'ah (mazhab yang empat), perlu diwacanakan, mungkin sebagian sudah merealisasikan sebagai keyakinan pribadi-- yakni Mazhab Ukhuwah (MU). Nah loh! Mahluk apalagi ini?
Ini bukan mazhab baru tapi hanya "semangat persaudaraan" dan sebuah penafsiran, yang akomodatif terhadap semua mazhab, bukan taqiyah (versi Syi'ah) atau talfiq (mencampuradukan mazhab) tapi sikap pribadi dimana *KECINTAAN KEPADA SESAMA MUSLIM JAUH MELAMPAUI URUSAN PERBEDAAN PAHAM, MANHAJ, MAZHAB YANG MEREKA ANUT!*
Ingatlah firman Allah Azza wa Jalla, dalam qs. Al-hujurat: 10;
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
_Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati_
Demikian juga beberapa sabda Nabi SAW, mengingatkan masalah ini...
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
_“Dari Anas dari Nabi Saw bersabda: Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”_(HR. Bukhari)
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَدِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلَ الْجَسَدِالْوَاحِدِ ,إِذَااشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِوَالْحُمَّى
_Perumpamaan kaum mukminin satu dengan yang lainnya dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan saling berlemah lembut di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota badan sakit, maka semua anggota badannya juga merasa demam dan tidak bisa tidur_. (HR Muslim)
1 ayat Alquran dan dua hadis ini cukup mewakili pernak pernik ukhuwah Islamiyah.
*Asas Mazhab Ukhuwah*: adalah IMAN dan AMAL SALEH. Iman sudah tentu menyangkut _aqidah shohihah_ bebas dari syirik, khurafat, bid'ah dholalah (bukan pada tataran bid'ah hasanah--karena sebagian ulama mendalilkan bahwa bid'ah "hasanah" tetap dibolehkan terlebih untuk soliditas dan ukhuwah kaum muslimin, seperti penyelenggaraan acara Maulid Nabi SAW, sebagai ijtijad dan ajang silaturrahim antar sesama muslim, sambil menyimak sejarah kehidupan Rasulullah SAW. Karena ada di kalangan umat ini, membid'ahkan maulid namun tidak terhadap peringatan wafat dan jasa kebaikan gurunya {?})).
Amal saleh mencakup segala amalan, baik _mahdhoh_ (baku/tetap)_ maupun _ghoer mahdhoh_ (lentur, fleksibel), yang hidup dalam keislaman kita. Yang baku (mahdhoh) tak perlu diperdebatkan lagi soal qunut tidak qunut, usholi tidak usholi, bismillah jahar muatau sirr... (sudah selesai di tingkat ulama mazhab). Namun wacana mengurus dan mengelola negara, kriteria pemimpin Islami, ekonomi umat (ziswaf, ghonimah, fai, haroj, rikaz, termasuk hukum jual-beli online, perlawanan terhadap sistem ribawi dalam bingkai kapitalisme modern, dsb) sumber daya alam (energi, tambang), hubungan diplomatik, ukhuwah antar bangsa (Asean, OKI, termasuk mata uang bersama negeri-negeri muslim, dsb), sikap bersama menghadapi Zionis Israel yang melakukan genosida terhadap bangsa Palestina, dst, diskusi tentang hal ini mesti melampaui perbedaan faham mazhabi yang mengungkung tumbuh kembang peradaban muslimin di seluruh dunia. Lihat Eropa sekarang dimana jumlah muallafnya lebih cepat dari yang diperkirakan. Populasi umat Islam sangat progresif (bonus demografi) Boleh jadi Islam di akhir zaman justru dikuatkan oleh para muallaf ini, juga oleh para mantan preman, sebagaiman sabda Nabi SAW.
Sesungguhnya Allah SWT akan memperkuat agama ini (agama Islam) dengan laki-laki yang fajir (fasik).” (HR. Bukhari).
Sosok Umar bin Khatab adalah salah satu contohnya.
*Mazhab Ukhuwah Dalam Tataran Operasional* Kita bergerak dan berhubungan dengan umat mesti menyembunyikan pikiran negatif (terhadap yang berbeda dalam pemahaman, kalaupun berdebat pun dengan cara yang makruf) dan menampakkan hal yang positif, komunikasi yang hangat dengan siapa pun. Paham posisi kita, seperti pribahasa *"Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung"*. Di wilayah Mesir dan sekitarnya mayoritas mazhab Syafii (termasuk wilayah Asia Tenggara). Di Pakistan, Afghanistan, sebagian negara bekas Uni Soviet/ Rusia, menganut mazhab Hanafi. Wilayah Afrika, mayoritas mazhab Maliki. Di Saudi dan sekitarnya, dengan Mazhab Hambali. Kita hormati semua, jika kita berada di sana, ikuti kaifiat ibadah mereka, tak ada masalah! Jangan tanya soal keyakinan kita (itu ada di kedalaman pikiran & batin kita). Kita berdiri bersama Islam dan Muslimin dimanapun dan kapanpun kita berada. Disinilah pentingnya belajar Fiqih Dakwah, untuk memahami situasi dan kondisi _mad'u_ (orang yang didakwahi). Seperti ucapan Nabi SAW:
خَطِبِ النَّاسَ عَلَى قَدْرِ عُقُولِهِمْ
"Menyampaikan dakwah kepada manusia mesti sesuai dengan kadar berfikir mereka".
Dalam prinsip komunikasi, ada 5 ketepatan:
1. Tepat sasaran
2. Tepat waktu
3. Tepat situasi
4. Tepat materi
5. Tepat media
Termasuk menyampaikan kebenaran harus beriring dengan 5 ketepatan tadi. Apa yang disebut dengan *"AL-HAQQ"* di dalam Alquran mencakup 2 hal ini yaitu "BENAR" dan "TEPAT". Sebab jika kebenaran disampaikan tanpa 5 ketepatan tadi boleh jadi berujung fitnah. Ini yang terjadi sekarang... Baru paham sedikit tentang Islam sudah mencerca, menghujat yang berbeda, terlebih ditampilkan via sosial media, berujung fitnah. Beriring dengab instruksi menyesatkan *Jangan pernah duduk dan bergaul dengan mereka yang tidak sefaham dengan kita, padahal sesama muslim (?), inna lillahi...*
Apa yang menjadi kesimpulan tulisan ini...
*Cintailah Saudaramu Sesama Muslim Jauh Melampaui Perbedaan Faham Atau Mazhab Yang Mereka Anut semata karena Allah Azza wa Jalla* karena itu yang diperintahkan Allah dan Rasulnya kepada kita.
Rapatkan barisan, semangat silaturrahim dan ukhuwah demi izzul Islam walmuslimin dan bangun peradaban (hadhoroh, tamadun) Islam atau Darussalam di akhir zaman. ✊
Wallahu a'lam 🙏
Oleh Iyus Khaerunnas Malik
Pembina MUDA (Majlis Ukhuwah Da'i Antar Bangsa)
Posting Komentar